Ilustrasi: Suasana perairan laut Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). ANTARA/Gecio Viana
Sudah dua hari ini kecepatan angin di Labuan Bajo juga mencapai 23 knot atau 42 km/jam
Labuan Bajo (ANTARA) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau nelayan dan pelaku wisata yang berlayar di perairan Labuan Bajo agar mewaspadai potensi angin kencang, terutama di Selat Sape bagian selatan.
"Nelayan atau kapal kecil agar waspada dan tidak memaksakan melaut saat angin kencang, terutama di Selat Sape bagian selatan," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran dihubungi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu.
Ia menambahkan Stasiun Meteorologi Maritim El Tari Kupang telah memberikan peringatan potensi angin kencang yang juga terjadi di Manggarai Barat.
Baca juga: BMKG: Waspada gelombang 2,5 meter di perairan NTT hingga 6 September
"Sudah dua hari ini kecepatan angin di Labuan Bajo juga mencapai 23 knot atau 42 km/jam," ujar Maria.
Untuk perairan Selat Sape bagian utara, lanjutnya kecepatan angin berkisar 5-15 knot dan gelombang 0.5-1 meter atau kategori rendah. Berbeda dengan Selat Sape bagian selatan 12-18 knot dan kecepatan maksimum dapat mencapai 30 knot.
"Dengan kondisi kecepatan angin yang seperti itu maka dapat memicu kondisi gelombang, prakiraan gelombang di perairan selatan 2 meter hingga 2,2 meter," katanya.
Baca juga: BMKG: Waspada potensi hujan deras, angin kencang & banjir rob hari ini
Lebih lanjut Maria juga menjelaskan dalam musim kemarau saat ini bukit-bukit savana yang sudah mulai mengering di sekitar kepulauan Taman Nasional (TN) Komodo sangat rentan kebakaran akibat perilaku manusia.
"Untuk itu jangan membuang puntung rokok, membuat api unggun, atau melakukan aktivitas yang bisa memicu api, karena angin kencang dapat membuat kebakaran semakin cepat meluas dan api lebih sulit dikendalikan," katanya.
Baca juga: BMKG: Waspada air pasang 2,7-2,8 meter di Kaltim pada 10 September
Pewarta: Gecio VianaEditor: Risbiani Fardaniah Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.